Senin, 12 Desember 2011

Semua Karena Waktu

Tubuh ini basah karna tangisan sang langit yang membasahi bumi kota Lembang. Aku terus diburu oleh waktu dn kegelpan yang mengejarku. Bertubi pertanyaan,amarah dan caci siap aku terima.
“yang mau neduh gak ??”
“ gak usah, aku takut pulang malem!!”
Buliran tangis sang langit semakin bertambah kuantitasnya.
“mau neduh gak ??”
“hmm, ayo!!” jawabku pelan.
Aku berpikir hujan akan cepat berhenti. Atau hujan hanya didaerah ini saja dan akan segera kami lalui.
“mau NEDUH gak ???” tanyanya mulai emosi
Aku berpikir cukup lama.
oke ayo !!!”
Namun dia terus melaju tanpa berhenti. Yang ku tahu ini daerah dekat rumahnya. Aku tak mau mampir sana sini. Aku ingin pulang segera. Karena aku takut mamaku marah.
Kami telah sampai dirumahnya. Aku tak ingin masuk. Aku tak enak dengan keluarganya. Dan aku ingin segera pulang. Ada perasaam buruk dalam lubuk hati ini.
“kamu mau masuk gak ??” aku diam.
“cepet masuk dulu !!!” ucapnya memaksa. Tapi aku tetap diam.
Liat dong masih hujan. Ayo cepat Mauk !!!!” nada suaranya semakin tinggi. Namun aku hanya melihat jam tangan baru ku, hadiah darinya yang ia berikan hari ini.
Dia keluar sambil membanting pintu denagn kerasnya. Dia menyalakan motornya dan menyentakku agar aku cepat naik diboncengannya. Aku naik dan aku tersendu.
Aku menangis, karena hujan yang tak kunjung reda, karena waktu yang seakan berjalan dengan cepat danaku semakinkhawatir dan benar-benar takut.
Sepanjang jalan aku menjerlaskan semua kekhawatiranku. Aku tak enak dengan keluarganya , aku taku pulang terlalu larut . tapi dia tak mendengar, dia melajukan motornya disertai amrahnya yang menggebu. Dan satu hal lagi yang membuat ku makin kesal, didaerah dekat rumahku sama sekali tak ada bekas hujan sedikitpun. Kami terlihat berbeda dengan pakaian kami yang benar-benar basah.
Dia berhenti dipertigaan dekat rumahku. Dia tak mau mampir kerumah, dia menolak tawaranku hanya untuk sekedar mengganti jaketnya yang basah. Setengah mati aku membujuknya sampai kami bertengkar heban di tepi jalan. Namun akhirnya dia mau melaju kerumahku. Saat didepan gerbang rumah, aku turun lalu aku berniat mengambil helmnya yang tadi kupakai agar dia mau mengikutiku masuk ke dalam, namun dia langsung mengstarter dan melajukan motornya dengan cepat. Dan hal itu membuatku ikut terseret karena aku memegang bagian belakang motornya. Aku tak mengijinkannya pergi meninggalkanku. Aku bangun dari jatuhku, aku mengejar dia tanpa tas dan sepatu wejesku yang terjatuh dipinggir jalan itu. Dan entah siapa, seorang bermotor itu mengantarkan tas dan sepatuku yang dilihatnya sengaja aku tinggalkan ditempat tadi. Tanpa ijin aku naik diboncengannya, aku sangat bermohon padanya untuk mengantarku ke depan . Aku tak akan membiarkan orang brengsek itu pergi. AKU BENCI TERHADAP TINDAKANNYA . Teriakku dalam hati.
"terima kasih , a . Saya naik angkot aja!!!" ucapku .
Aku menyebrang jalan, aku stop angkutan umum dan aku duduk didalamnya dengan tersedu. Aku tak peduli dengan penumpang lain yang melihat keadaanku yang benar-benar berantakan terutama dengan pakaian basahku ini, yang aku pikir aku takut orangtuaku melihat apa yang dia memperlakukanku seperti itu. Dan aku tak mau pulang . Aku takut .
Aku terus berganti angkot agar aku dapat sampai rumahnya . Aku marah,aku benci,aku takut dan aku terus menangis. Aku menghubungi kakanya ,aku menceritakan apa yang terjadi kepadaku. Entah apa yang kulakukan ini.
Dan beberapa saat kemudian, dia menghubungiku. Dia memohon maaf kepadaku, dia menanyakan keadaan dan keberadaanku. Akupun menceritakannya secara terperinci. Dia tak tahu aku terseret oleh motornya sampai-sampai aku terjatuh damembuat celanaku sobek serta lututku luka. Dia kemudian menjemputku. Dia terus meminta maaf ,dia memberikan perlindungdnnya kepadaku.
"Aku gak mau pulang . Aku takut." ucapku .
Namun dia terus membujukku untuk pulang ,dia terus memaksa dan dia menghubungi orang tuaku.
"Aku mmau ngin nep dirumah kamu, a aku pengen nenangin di diri aku !!!" jawabku dengan tersedu.

Aku terus menangis dan berdebat dengannya . Aku ingin menenangkan diri. Aku benar-benar shock dengan kejadian pada malam ini, aku teruptq memaksanya agar aku diperbolehkan ikut dengannya. Dan akhirnya setelah perdebatan panjang ditepi jalan raya ini , ia melajukan motornya ke utara ,menuju rumahnya ,bersamaku.
Sepanjang malam aku menangis, perempuan macam apa aku ini . Hampir tengah malam aku belum berada dirumah. Aku terus merijek panggilan dari keluargaku. Orang tua dan semua kakakku terus membujukku untuk pulang. Mereka berjanji tak akan marah. Kakakku bilang mama terus menangis, mama sangat khawatir dan terus menunggu didepan rumahmenantiku untuk pulang. Aku tak tega mendengar mama menangis. Padahal aku hanya takut dan ketakutanku itu hanya memperburuk keadaan. Orangtudku tak ada yang melihat apa yang terjadi denganku di degan rumah tadi. Tindakan bodohku ini telah membuat khawatir dua keluarga. Aku malu,sangat malu. Harunya aku tak mengejarnya tadi, toh tak ada yang lihat dan dia pun akhirnya sangat meminta maaf kepadaku.
Dirumahnya ,lukaku ini diobati olehnya dan juga ayahnya. Dia memberiku obat dari alam, aku diberikan cairan yang berasal dari isi perut lebah bernama propolis. Dan tak lebih dari 5 menit lukaku mengering, aku mulai cukup tenang tak tertekan setelah meminum cairan propolis yang dicampur seperempat gelas air. Aku menceritakan semuanya . Dan aku sangat menenangkan ,ini bukan kesalahan dia seutuhnya. Aku juga salah karena telah membuatnya emosi . Aku dan dia belum saling mengerti . Dan aku sangat menyesali tindakan bodohku ini . Sangat ingin akumemutar waktu . Dan menghindari saat-saat aku melakukan hal bodoh itu.
Tengah malam aku pulang diantarnya. Hanya ada ayahku yang menyambutku diberanda rumah. Ibuku dan semua kakakku telah terlelap dikamar mereka masing-masing. Apakah benar mereka mengkhawatirkanku dan menungguiku pulang ??? Aku mentutupi kesalahannya didepan ayahku. Aku menjelaskan kepada ayahku ,aku hanya terserempet motor dan takut untuk pulang karena terlalu larut. Aku jelaskan dia tak tahu apa-apa , dia hanya mengantarku pulang. Dan ayah berterimakasih kepadanya.
Ingin aku menangisi kebodohanku ini untuk kesekian kalinya. Tindakkan bodohku tadi hanya memperbesar masalah kecil, masalah tentang waktu dan kenegatifan pikiranku . Aku terlalu takut karena aku telah terkejar oleh waktu . Dan itu hampir menghancurkan segalanya.
Akhirnya akupun tertidur dengan lukaku ,luka di lutut dan hatiku yang masih terasa perih. Aku tetap harus bersyukur. Tuhan masih menyayangiku .


Karya : Fitri Sholihah (XII-A5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar